Dialog Asli Ncuhi Bima Terjemahan ke Bahasa Indonesia

7/03/2013
Daerah Bima yang dipimpin oleh seorang raja berasal dari kesultanan Gowa Sulawesi, Sultan Abdul Kahir I terdiri dari beberapa wilayah dalam kekuasaan Ncuhi. Hingga saat ini Ncuhi masih dipercaya oleh masyarakat Bima sebagai makhlus gaib (Jin) yang memiliki kekuasaan pada wilayah alam tertentu.

Keris pusaka Sultan Bima
Keris Pusaka Sultan Bima (Foto: bimakab)
Pemerintahan di daerah Bima pada tempo dulu dikenal dengan Dana Mbojo berdiri sejak 1640 M. Sultan Abdul Kahir I diangkat sebagai raja Bima pertama pada tanggal 5 Juli sekaligus dijadikan sebagai hari jadi Bima.

Sebelum masuknya pengaruh kesultanan Gowa Sulawesi Daerah Bima terbagi dalam 4 wilayah kekuasaan Ncuhi, Ncuhi Dara, Ncuhi Doro wuni, Ncuhi Parewa dan Ncuhi Banggapupa.

Dialog para Ncuhi yang merupakan penguasa wilayah dana mbojo kala itu. Ncuhi memasuki arena "dana ma babuju", diiringi genderang tambu. Pada saat Ncuhi mengadakan musyawarah Jena Teke mulai berangkat dari Asi Serasuba. Rombongan diawali oleh 4 orang Sere. Kalila, Jena Teke, Pasukan Suba, perangkat Jeneli dan Bumi-bumi, serta keluarga.

Para Ncuhi mengadakan musyawarah di atas "dana ma babuju" dipimpin Ncuhi Dara. Rapat musyawarah menghasilkan kata sepakat bahwa Jena Teke dipandang patut dan layak diangkat menjadi Sultan Bima ke XVI.

Isi dialog musyawarah para Ncuhi membahas pengangkatan Sultan Bima XVI diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

Ncuhi Dara
"bunesi ntika kaboro kai weki ndaita ake, ta kasa,buaku mafaka,'ba one ntoi jara mbora na ndai sultan ncoreta, ta nuntu weaku ' di macepena.'bunesi manurut eli ndai doho kasomu...?.
(Betapa indahnya kebersamaan kita saat ini, mari kita satukan kata mufakat karena sudah lama tidak memiliki Sultan kita bersama. Mari kita bicarakan bersama penggantinya. Bagaimana menurut pendapat hadirin semuanya).

Ncuhi Dorowuni
de taho ni...!. sabua napatu ro ambi ja ra ndai ama kau'u Ferry ka' di manenti na amanat di maliri Sultan ake ke?. (Bagus ... Alangkah patut dan layaknya yang dimuliakan Ferry dipercayakan sebagai pemegang amanat Sultan)

Ncuhi Bolo
ra eda ro ntanda 'ba ndaiku, di liri ndai ama kau Ferry, na tantu ja ra tupa ro ambina di ma nda'di ama rasa.(Menurut pengamatan saya, paduka Ferry patut dan layak diangkat sebagai pemimpin daerah)

Ncuhi Banggapupa
de 'ba one ana mone, na masasa'e kai wekina ede'du ama ka'u Ferry, de iu iu ku maira ta kasa,bua ra mafaka, ta hanta ncoreku ndai ama ka'u Ferry 'di ma ndadi Sultan Bima ke 16 ...!. (Oleh karena Ferry sebagai seorang putra, menurut saya mari satukan mufakat kita angkat bersama-sama paduka Ferry sebagai Sultan Bima ke 16)

Ncuhi Parewa
Santa'be ta raho wa'u ku eli ncore do ma mboto kombi ta...? (Bagaimana menurut para peserta rapat semuanya)

Ncuhi Dara
tahoni...! (berdiri lalu berteriak kepada masyarakat). Oe 'danbe 'dohoe...! bunesi ntika nami 'doho para ncuhi ke, ma wa'ura ka sa'bua mafaka, mane,e ra hanta ndai ama ka'u Ferry di ma ndadi Sultan ncore ndaita, ' bune eli nggomi 'doh 'di rasa re...! (Bagus...! wahai masyarakat semuanya, kita sebagai Ncuhi (kepala wilayah) telah menyepakati, akan mengangkat yang mulia Ferry sebagai sultan kita bersama. bagaimana pendapat masyarakat).

Masyarakat
setuju...! Hidup Sultan. Allahu Akbar masyarakat menyambut denga sudara histeri sebagai ungkapan menerima dengan perasaan gembira.

Ncuhi Dara
nggara ndedesi, lao weha ao ncore menapu ama ka'u Ferry ka..! (Kalau begitu mari kita jemput bersama-sama paduka Ferry).
  • masyarakat membentuk barisan pagar betis antara lare-lare dengan dana babuju sebagai jalan masuk Jena Teke).
  • Di depan Lare-lare, Jena Teke disambut oleh masyarakat dan diantar menuju dana ma babuju
  • Jena Teke duduk menghadap ke arah Istana berhadapan dengan Ncuhi Dara yang didampingi para Ncuhi lainnya. sementara pasukan Suba dan rombongan pengantar stand by di bawah.

Ncuri Dara melanjutkan dialog dengan Jena Teke

Ncuhi Dara
oe ana mone...! (Wahai anak laki-laki)

Jene Teke
Iyo ta...! (iya) dengan nada yang sangat rendah dan halus.

Ncuhi Dara
Ai naina ake, nami ma hantamu nda'di dou ma taho. 'Dimakalampa rawi ru'u dou marimpa.' Dibatu wea lele. disiri wea kai nggawomu..!(Mulai hari ini kita mengangkat mu sebagai orang yang baik (pemimpin). Sebagai pelaksana seluruh kemaslahatan kami. apa yang menjadi keputusannya akan diikuti. Sebagai pelindung kami.

Jena Teke
Iyo ta..!. (iya) dengan nada yang sangat rendah dan halus.

Ncuhi Dara
Hantapu tuta tando do marepa,( Angkatkan Kepala dihadaan seluruh khayalak ramai yang hadir)
Su'u sawalepu parenta Sara (Peganglah janji dengan bijak)

Na loaku taho rancihi dou labo dana (Dengan harapan seluruh masyarakat akan hidup damai dan sejahtera)
sumpa ro sake ake saksi'ba Ndai Ruma Allah SWT (Allah SWT yang akan menjadi saksi sumpah dan janji)

Jena Teke
"Toho mpara ndaiku Sura mpa Dou La'bo Dana" (Kepentingan orang banyak lebih diutamakan daripada diri sendiri)

Ncuhi Dara berdiri yang diikuti para Ncuhi lainnya, mengangkat keris sambil berkata:
Warasi ma kaca'ba, maci rawi ra sake (Bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dari janji manis)
na wari saiku 'ba rasake parenata cua taho (Semuanya akan dibicarakan dengan baik-baik).

Setelah kesepakatan telah dicapai prosesi pelantikan dipimpin langsung oleh Ketua Majelis Adat "Sara Dana Mbojo".
Ronamasa