“Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.” jelas seorang guru asal Australia.
“Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?” Saya mengekspresikan keheranan saya, karena yang terjadi di negara kita kan justru sebaliknya, tulis Muhajirin pada laman Facebook-nya.
Muhajirin adalah salah seorang guru peserta pelatihan "Traning Course of Environmental Education for Sustainable Development" guru-guru lintas internasional yang diselenggarakan di Bandung Jawa Barat Agustus 2013. Alumni Fakultas Biologi Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat saat ini mengajar guru Sekolah Menengah Umum Umum 5 Kota Bima.
Peserta Traning Course of Environmental Education for Sustainable Development, Bandung Jawa Barat, Agustus 2013 (Foto: Muhajirin Facebook)
Inilah jawabannya;
”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;” jawab guru kebangsaan Australia itu.
“Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?” Saya mengekspresikan keheranan saya, karena yang terjadi di negara kita kan justru sebaliknya, tulis Muhajirin pada laman Facebook-nya.
Muhajirin (Foto: Muhajirin Facebook)
Muhajirin adalah salah seorang guru peserta pelatihan "Traning Course of Environmental Education for Sustainable Development" guru-guru lintas internasional yang diselenggarakan di Bandung Jawa Barat Agustus 2013. Alumni Fakultas Biologi Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat saat ini mengajar guru Sekolah Menengah Umum Umum 5 Kota Bima.
Inilah jawabannya;
- Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.
- Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.
- Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.
”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;” jawab guru kebangsaan Australia itu.
- Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
- Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
- Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting
- Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
- Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
- Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
- Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
- Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
- Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
- Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain
- Anak belajar bekerjasama dengan orang-orang yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
- Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain
Artikel lainnya
Naskah Asli Pernyataan Berhenti Soeharto Sebagai Presiden RI, 21 Mei 1998
Kasih Ibu Yang Tergantikan sepanjang Masa
Orang Bermata Coklat Lebih Dapat Dipercaya Daripada Bermata Biru
Sejarah Pemerintahan Kabupaten Bima, NTB Sejak Masa Orde Baru