Prosesi Tradisi Nikah Pesta Kapanca Daerah Bima, NTB

8/03/2014
Pesta Kapanca tradisi pernikahan daerah Bima sejak raja Bima Sultan Abdul Kahir I 1640 Masehi ini dilaksanakan pada malam hari sehari sebelum melaksanakan upacara resepsi memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Warisan nenek moyang daerah Kabupaten Bima kembali dilestarikan sejak Bupati Bima Ferry Zulkarnain (alm) yang memerintah sejak tahun 2004 hingga 2013.

tradisi nikah daerah bima
Pesta Kapanca tradisi daerah Bima, Nusa tenggara Barat (Foto: Ronamasa/Ahyar)

Bima yang juga dikenal dengan Dana Mbojo dirintis oleh Sultan keturunan kerajaan Gowa, Sultan Abdul Kahir I sejak 1625 M tapi baru dinobatkan sebagai Raja Bima pertama pada 5 Juli 1640 Masehi.

Acara pesta Kampanca merupakan tradisi upacara perkawinan pada malam hari dilaksanakan di rumah pengantin perempuan. Pengantin perempuan sebelum dibawa ke paruga tempat berlangsungnya acara didandan secantik mungkin oleh inang pengasuh (penata rias). Pengantin wanita dibawa ke tempat acara duduk diatas kursi yang dijunjung oleh dua orang pria dan diiringi lantunan dzikir syair lagu bahasa arab khas rebana.

Sebelum acara lumuran daun pacar pada kaki dan telapak pada pengantin wanita diawali acara sangongo atau mandi uap dengan bunga-bunga, acara boho oi mbaru atau siraman. Boho Oi mbaru dilakukan Inang Pengasuh Pengantin sebelum pengantin wanita di rias dan dibawah singgasana Ratu semalam.

Sebaiknya acara ini diikuti oleh Ibu-ibu dan remaja lainnya agar mengikuti jejak calon pengantin wanita yang sedang mempersiapkan diri menjadi seorang Ratu yang akan mengakhiri masa lajangnya. Sehingga mereka dapat mengambil hikmahnya dalam mengakhiri masa lajangnya kelak.

Dalam hal ini tergambar adanya rangkaian bunga-bunga telur yang pada saatnya nanti akan duperuntukan pada Ibu-ibu undangan yang masih memiliki anak gadisnya, yaitu telurnya untuk dikonsumsi anak gadisnya sedangkan rangkaian bunga dijadikan hiasan pada kamar anak gadisnya.

Itulah sebabnya upacara kapanca ini merupakan dambaan para ibu dalam masyarakat Bima, di mana mereka mengharapkan puteri-puteri mereka segera melewati upacara yang sama yang menandai hari bahagia mereka seperti malam ini, maksud dan tujuan pengantin wanita dilumuti dengan daun pacar pada kuku kaki, tangan dan telapak tangan pengantin wanita tadi menandakan diri mereka yang tadinya bermanja-manja dengan memanjakan kukunya dan bermalas-malasan, sehingga mulai detik ini tangan dan kaki yang mulus ini dikotori dengan daun pacar ini memberitahukan kepada kita semua anak kita ini/adik kita ini mulai berkerja keras dan rajin demi mencapai rumah tangga yang bahagia dan sejahtera mawadah warahmah dunia akhirat.

Ronamasa