Belajar Menulis: Menulis Sebagai Proses Dan Mengembangkan Penalaran

4/23/2013
Menulis pada dasarnya merangkai kata yang bersumber dari alam pikiran sendiri dan atau bersumber dari berbagai sumber bacaan lainnya seperti koran, majalah, makalah dan-lain-lainnya. Akan tetapi merangkai kata menjadi kalimat oleh kebanyakan orang dianggap hal menakutkan. Dan dampak dari ketakutan ini dapat mengakibatkan kita tidak mau memulai menulis.

Untuk meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan keberanian bahwa tidak ada seorangpun penulis terkenal tanpa melewati belajar menulis dan selalu mengalami kesalahan pada saat menulis.

Belajar Menulis
Menulis/Ilustrasi
(Foto: Ronamasa/Ahyar)
A. Menulis sebagai Proses

Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada orang lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Sebagai sautu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisir isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konversi penulisan lainnya. Menulis dapat meningkatkan kecerdasan mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas, menumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa yang diperoleh dari menyimak, membaca, dan berbicara, akan memberikan masukan berharga untuk kegiatan menulis.

Sebagai proses kegiatan menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terbagi atas tahap prapenulisan, penulisan dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan tahap persiapan mencakup pemilihan topik, penentuan tujuan, penentuan pembaca dan corak kerangka, pengumpulan informasi atau bahan tulisan, serta penyusunan kerangka karangan.

Setiap butir ide yang telah direncanakan dikembangkan secara bertahap dengan memperhatikan jenis informasi yang disajikan, pola pengembangan, pembahasan dan sebagainya. Setelah fase ini, maka penulis membaca kembali, memeriksa dan memperbaiki karangan.

B. Penalaran

Cara berbahasa seseorang, termasuk menulis akan dipengaruhi oleh caranya bernalar. Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan (pengetahuan, keyakinan atau opini). Secara umum penalaran dapat dilakukan dengan induksi dan deduksi. Penalaran induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari hal-hal yang khusus menuju sesuatu yang umum. Sebaliknya deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu hal yang umum menuju hal-hal yang khusus; atau penerapan sesuatu yang umum pada peristiwa khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan.

C. Kalimat Efektif

Kata adalah satuan bebas terkecil alat pengungkap dan penerima gagasan. Kata menjadai unsur pembentuk kalimat. Untuk memilih kata, dua kata dapat dijadikan dua pegangan, yaitu kaidah ketepatan dan kaidah kecocokan. Kaidah ketepatan diukur dari kemampuan kata sebagai alat pengungkap dan penerima gagasan, sedangkan kaidah kecocokan diukur dari kesesuaian kata dalam konteks penggunaan.

D. Pengembangan Kalimat efektif

Pengembangan kalimat efektif dapat dilakukan untuk menjadikan kalimat sebagai sarana pengungkap dan penangkap pesan agar komunikasi terjadi secara efektif. Untuk mengembangkan kalimat efektif ada dua hal perlu diperhatikan, yakni persyaratan kalimat efektif dan kiat pengembangan kalimat efektif.

Ken J Ward (2009:74) mengatakan "bahwa orang-orang efektif tahu bahwa selalu ada cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sesuatu, dan menyadari bahwa mereka tak pernah kuasa membuat sesuatu menjadi sempurna, sehingga jalan keluar dapat diterima ketika itu sudah merupakan jalan keluar yang terbaik. Bagi mereka yang ada hanyalah jalan keluar yang terbaik, bukan jalan keluar yang sempurna.

Ada dua persyaratan kalimat efektif, yakni persyaratan kebenaran dan persyaratan kecocokan. Persyaratan kebenaran betolok ukur kebenaran kaidah bahasa. kebenaran kecocokan bertolok ukur kecocokan atau kekompakan kalimat dalam konteks, baik konteks kebahasaan maupun dalam konteks non–kebahasaan.

Kalimat efektif dapat dikembangkan dengan kiat-kiat khusus. Ada empat kiat yang dapat dipergunakan, yaikni (1) kiat pengulangan, (2) kiat pengedepanan, (3) kiat penyejajaran, dan (4) kiat pengaturan variasi kalimat. Kiat pengulangan digunakan dengan menampilkan informasi penting dengan menampilkan ulang informasi itu baik dalam kalimat maupun dalam untaian kalimat. Kiat pengedepanan digunakan untuk menonjolkan informasi dengan menempatkan unsur yang ditonjolkan itu dibagian depan kalimat. Kiat penyejajaran digunakan untuk menampilkan unsur kalimat dalam posisi yang sejajar. Kiat pengaturan variasi digunakan untuk menampilkan kalimat secara bervariasi, baik variasi struktur kalimat maupun variasi jenis kalimat.

E. Pengembangan Paragraf

Paragraf adalah bagian karangan, berupa untaian kalimat berstruktur yang berisi gagasan dasar dan sejumlah gagasan pengemnbangan.

Ada empat syarat pengembangan paragraf yaitu (1) persyaratan kesatuan atau keutuhan yang ditandai oleh satu gagasan dasar dan sejumlah gagasan pengembangan, (2) persyaratan pengembangan yang ditandai oleh adanya kalimat topik dan sejumlah kalimat pengembang, (3) persyaratan kepaduan yang ditandai oleh hubungan yang harmonis antara isi kalimat dalam paragraf, dan (4) persyaratan kekompakan yang ditandai oleh keserasian hubungan bentuk struktur dan leksikon.

Referensi:
Suparno, 2011, Keterampilan Dasar Menulis, Universitas Terbuka
Ken J Ward, 2009, Mind Mastery, Menguasai Pikiran, Rumpun.
Ronamasa