Sejarah mencatat Soeharto menjadi Presiden RI melanjutkan estafet presiden RI pertama Soekarno sejak tahun 1966. Sebelum dilengser pada periode terpilihnya Presiden Soeharto memberikan pidato dihadapan anggota DPR RI periode 1997-2002 di gedung DPR-RI/MPR-RI di Istana Negara tanggal 9 Agustus 1997
Soeharto kelahiran 8 Juni 1921 Kemusuk, Jogyakarta menjadi pejabat presiden melalui TAP MPRS Nomor IX/MPRS/1966
Kronologi pengunduran Soeharto sebagai presiden RI melalui demo berdarah dan menewaskan beberapa mahasiswa yang berunjuk rasa.
5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatang Gedung DPR/MPR RI untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada sidang Umum MPR RI dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI
11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden
14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII
15 April Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan unjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik.
18 April 1998
Menteri Pertahanan dan keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri kabinet pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menolak pertemuan tersebut.
1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan reformasi baru bisa dimulai tahun 2003
2 Mei 1998
Pernyataan tersebut diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998-red)
9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G 15. Ini merupakan lawatan terakhirnya ke luar negeri sebagai Presiden RI
12 Mei 1998
Aparat Keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemontrasi secara damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak berada di halaman kampus
13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datan ke kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan ini diwarnai kerusuhan.
14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip Koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan: Ia mengatakan itu didepan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara itu kerusuhan dan penjarahan terjadi dibeberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti di Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayan, dan Borubodur. Beberapa hari bangunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjdi selama kerusuhan terjadi.
15 Mei 1998
Soeharto memangggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis, Abdurahman Wahid, Malik Fajar, dan KH. Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana elemen masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk berunjuk rasa semakin banyak.
Sementara itu Amin Rais mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional
20 Mei 1998
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar berduri untuk mencegah massa masuk ke Komplek Nasional namun pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dini hari Amin Rais meminta massa tak datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertaan dan semakin banyak berdatangan ke Gedung MPR/DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.
21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, puku; 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga. Lipsus.kompas, Minggu 27/1/2008
Soeharto kelahiran 8 Juni 1921 Kemusuk, Jogyakarta menjadi pejabat presiden melalui TAP MPRS Nomor IX/MPRS/1966
Soeharto pada saat membacakan surat pengunduran diri
sebagai presiden RI di Istana Negara Jakarta 21 Mei 1998
sebagai presiden RI di Istana Negara Jakarta 21 Mei 1998
Kronologi pengunduran Soeharto sebagai presiden RI melalui demo berdarah dan menewaskan beberapa mahasiswa yang berunjuk rasa.
5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatang Gedung DPR/MPR RI untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada sidang Umum MPR RI dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI
11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden
14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII
15 April Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan unjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi politik.
18 April 1998
Menteri Pertahanan dan keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri kabinet pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menolak pertemuan tersebut.
1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan reformasi baru bisa dimulai tahun 2003
2 Mei 1998
Pernyataan tersebut diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998-red)
9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G 15. Ini merupakan lawatan terakhirnya ke luar negeri sebagai Presiden RI
12 Mei 1998
Aparat Keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemontrasi secara damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak berada di halaman kampus
13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datan ke kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan ini diwarnai kerusuhan.
14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip Koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan: Ia mengatakan itu didepan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara itu kerusuhan dan penjarahan terjadi dibeberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti di Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayan, dan Borubodur. Beberapa hari bangunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjdi selama kerusuhan terjadi.
15 Mei 1998
Soeharto memangggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis, Abdurahman Wahid, Malik Fajar, dan KH. Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana elemen masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk berunjuk rasa semakin banyak.
Sementara itu Amin Rais mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional
20 Mei 1998
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar berduri untuk mencegah massa masuk ke Komplek Nasional namun pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dini hari Amin Rais meminta massa tak datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertaan dan semakin banyak berdatangan ke Gedung MPR/DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.
21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, puku; 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga. Lipsus.kompas, Minggu 27/1/2008
Artikel lainnya
SBY-Susilo Bambang Yudhoyono
Putra Asli Daerah Bima Hamdan Zoelva Terpilih Sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi
Profil Hamdan Zoelva Ketua Mahkamah Konstitusi
Anggota Parlemen Eropa Wanita Ini Bawa Anak Pada Sidang