Diakhir tahun 2013 Bandara udara Sultan Muhammad Salahuddin Palibelo Bima kedatangan sebuah maskapai penerbangan swasta baru. Garuda Indonesia Airlines mendarat perdana sebagai maskapai penerbangan tujuan Bima-Bima-Jakarta (PP)
Pesawat Garuda Indonesia Airlines landing di bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Rabu 25/12/2013 sekitar pukul 18.45 waktu setempat pada cuaca mendung dan guyuran hujan gerimis dan kondisi landasan basah dan licin.
Pada hari pendaratan maskapai GIA yang mendarat perdana pada hari Minggu (1/12/2013) ini beberapa kecamatan Kabupaten Bima dilanda banjir diantaranya Kecamatan Woha, Kec. Monta, Kec, Sila, Kec Madapangga termasuk Desa Belo Kecamatan Palibelo yang mencapai ketinggian 2 meter. Walaupun air sudah meluap dari sungai yang berada di sebelah barat bandara namun tidak sempat menggenangi landasan pacu bandara dan mengganggu kagiatan penerbangan pada bandara yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda menjajah daerah Bima dan sekitarnya.
Kini pesawat landing dan take off di bandara udara Sultan Muhammad Salahuddin hampir sepanjang hari yang setiap harinya tujuan Mataram, Bali dan Makassar Ujung Pandang Sulawesi Selatan.
Pesawat Garuda Indonesia Arlines dari Bandarra Ngurah Rai Bali landing
di Bandar udara Sultan Muhammad Salahuddin Palibelo Bima
pada hari Rabu 25/12/2013. (Foto: Ronamasa/Ahyar)
di Bandar udara Sultan Muhammad Salahuddin Palibelo Bima
pada hari Rabu 25/12/2013. (Foto: Ronamasa/Ahyar)
Pesawat Garuda Indonesia Airlines landing di bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Rabu 25/12/2013 sekitar pukul 18.45 waktu setempat pada cuaca mendung dan guyuran hujan gerimis dan kondisi landasan basah dan licin.
Pada hari pendaratan maskapai GIA yang mendarat perdana pada hari Minggu (1/12/2013) ini beberapa kecamatan Kabupaten Bima dilanda banjir diantaranya Kecamatan Woha, Kec. Monta, Kec, Sila, Kec Madapangga termasuk Desa Belo Kecamatan Palibelo yang mencapai ketinggian 2 meter. Walaupun air sudah meluap dari sungai yang berada di sebelah barat bandara namun tidak sempat menggenangi landasan pacu bandara dan mengganggu kagiatan penerbangan pada bandara yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda menjajah daerah Bima dan sekitarnya.
Kini pesawat landing dan take off di bandara udara Sultan Muhammad Salahuddin hampir sepanjang hari yang setiap harinya tujuan Mataram, Bali dan Makassar Ujung Pandang Sulawesi Selatan.