Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan waktu 1 hari atau 1 x 24 jam kepada Pertamina untuk meninjau kembali kebijakan menaikan harga Elpiji pada Rapat Terbatas (Ratas) tentang kenaikan harga Elpiji di Bandara Halim Perdana Kusuma Minggu (5/1). Pertamina telah menaikan harga Elpiji mencapai 60 % akibat menderita kerugian Rp. 7 triliun.
Sehari sebelumnya (Sabtu,4/1) presiden SBY telah instruksikan Wakil presiden Boediono pimpin Rapat Kabinet untuk carikan solusi dengan memberikan arahan jangan sampai meningkatnya inflasi dan bebani rakyat.
Presiden SBY mengatakan bahwa sudah mengetahui Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp. 7 triliun. Namun pemerintah selaku pemegang saham meminta kepada Pertamina kenaikan harga gas Elpiji perlu mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat lemah.
"Saya mengetahui sebagian masyarakat menyoroti & protes kenaikan harga Elpiji 12 kg yang dilakukan Pertamina;
Meski kenaikan harga ini kewenangan Pertamina & tidak harus lapor presiden, saya anggap pemerintah perlu tangani karena menyangkut rakyat banyak," tulis Susilo Bambang Yudhoyono pada akun Twiternya @SBYudhoyono, Sabtu, (4/1/2014).
"Saya tahu BPK menyatakan ada kerugian Pertamina sekitar Rp. 7 Triliun, tetapi solusinya tidak otomatis menaikan harganya sebesar 60 %
Kenaikan harga yang terlalu pesat akan meningkatkan harga barang dan jasa. Pada akhirnya rakyat kurang mampulah yang akan terbebani.
Kebijakan yang membawa dampak luas ini juga tidak dikoordinasikan dengan baik dan persiapannya pun juga kurang. Ini harusnya tidak boleh terjadi.
Kemarin saya instruksikan Wapres pimpin Rapat Kabinet untuk carikan solusi. Arahan saya: jangan sampai meningkatnya inflasi dan bebani rakyat," twitter Susilo Bambang Yudhoyono selanjutnya
Sebelum kenaikan harga jual gas Elpiji 12 kg masih dijual antara 90.000 hingga Rp.100.000 pertabung hinga ke tangan konsumen di rata-rata tempat Jawa," lansir BBC Indonesia, Sabtu (4/1/2014)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Foto: SBYudhoyono/Twitter)
Sehari sebelumnya (Sabtu,4/1) presiden SBY telah instruksikan Wakil presiden Boediono pimpin Rapat Kabinet untuk carikan solusi dengan memberikan arahan jangan sampai meningkatnya inflasi dan bebani rakyat.
Presiden SBY mengatakan bahwa sudah mengetahui Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp. 7 triliun. Namun pemerintah selaku pemegang saham meminta kepada Pertamina kenaikan harga gas Elpiji perlu mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat lemah.
"Saya mengetahui sebagian masyarakat menyoroti & protes kenaikan harga Elpiji 12 kg yang dilakukan Pertamina;
Meski kenaikan harga ini kewenangan Pertamina & tidak harus lapor presiden, saya anggap pemerintah perlu tangani karena menyangkut rakyat banyak," tulis Susilo Bambang Yudhoyono pada akun Twiternya @SBYudhoyono, Sabtu, (4/1/2014).
"Saya tahu BPK menyatakan ada kerugian Pertamina sekitar Rp. 7 Triliun, tetapi solusinya tidak otomatis menaikan harganya sebesar 60 %
Kenaikan harga yang terlalu pesat akan meningkatkan harga barang dan jasa. Pada akhirnya rakyat kurang mampulah yang akan terbebani.
Kebijakan yang membawa dampak luas ini juga tidak dikoordinasikan dengan baik dan persiapannya pun juga kurang. Ini harusnya tidak boleh terjadi.
Kemarin saya instruksikan Wapres pimpin Rapat Kabinet untuk carikan solusi. Arahan saya: jangan sampai meningkatnya inflasi dan bebani rakyat," twitter Susilo Bambang Yudhoyono selanjutnya
Sebelum kenaikan harga jual gas Elpiji 12 kg masih dijual antara 90.000 hingga Rp.100.000 pertabung hinga ke tangan konsumen di rata-rata tempat Jawa," lansir BBC Indonesia, Sabtu (4/1/2014)