Sejarah Pemerintahan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat Sejak Masa Orde Baru

10/17/2012
Daerah Bima merupakan Kabupaten paling ujung timur di pulau Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada awal terbentuknya kabupaten Bima adalah wilayah kerjaaan yang dibangun oleh garis keturunan kesultanan tanah gowa Sulawesi. Kepala pemerinatahan Dana Mbojo (Bima) dipimpin oleh Sultan Abdul Kahir I yang dinobatkan sebagai raja Bima pada 1640 Masehi.

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115'45 - 119-10 BT dan antara 8 5 - 9 5 LS. Wilayah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di selatan dengan Samudera Hindia, di timur dengan Selat Sepadan di barat dengan Selat Lombok. Luas wilayah keseluruhan adalah 49.32,19 km2 yang terdiri atas daratan 20.153,07 km2 dan lautan 29.159,04 km2. Provinsi NTB yang terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Lombok memiliki luas wilayah daratan 4.738,70 Km2 (23,51%) dan Pulau Sumbawa 15.414,37 Km' (76,49%).

Pelantikan Raja Bima pertama dilaksanakan 5 Juli sekaligus dijadikan Hari Ulang Tahun Bima. Sejak era Orde Baru hingga jabatan Bupati Bima periode 2010 - 2015 Dana Mbojo sudah dijabat 7 (enam) figur pemimpin berbeda.

Sebelumnya adanya perubahan aturan perundang-undangan yang mengatur sistem pemerintahan pusat, pemerintah provinsi dan pemerintahan daerah Bupati Bima dijabat tokoh luar putera daerah Bima. Pada saat ini sistem pemerintahan Indonesia masih bersifat sentralistik. Pemerintah Pusat masih memiliki kewenangan yang lebih luas mengatur administrasi pemerintahan seperti halnya menetap dan mengangkat Kepala Daerah tingkat kabupaten.

Perubahan sistem pemerintahan Indonesia diawali demonstrasi besar-besaran dilakukan para aktivis, mahasiswa dan masyarakat. Demonstrasi pada masa ini tidak hanya di Jakarta namun terjadi serentak hampir di seluruh wilayah Indonesia. Para demonstran menuntut agar demokrasi di Indonesia dapat dijalankan sesuai amanat Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Demonstrasi ini dikenal dengan demonstrasi Era Reformasi.

Demonstrasi era reformasi menuntut agar demokrasi dijalankan sebagaimana diamanatkan Undang-undang Dasar Negara Indonesia 1945. Demokrasi yang diharapkan adalah kebebasan yang benar-benar memberi ruang dan menghormati hak-hak rakyat untuk menentukan pilihannya secara demokrasi. Demonstrasi era reformasi merupakan sejarah bangsa Indonesia sebagai demonstrasi berdarah sekaligus berhasil menurunkan Presiden Soeharto sebelum masa jabatannya berakhir. Presiden Republik Indoenesia, Soeharto diturunkan dan membacakan surat pernyataan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana Negara Jakarta.

Nama-nama Bupati dan Wakil Bupati Bima sejak masa Orde Baru hingga periode 2010 - 2015 yaitu:
  1. Sultan Abdul Kahir II
  2. Suharmaji
  3. H. Umar Haroen dua periode
  4. Halim Jafar
  5. Adi Haryanto
  6. Drs. H. Zainul Arifin (1999 – 2005)
  7. H. Ferry Zulkarnain, ST dan Drs H. Usman AK (2005 - 2010)
  8. H. Ferry Zulkarnain, ST dan Drs. H. Syafruddin H. M. Nur, M.Pd (2010 - 2015)
Karena keterbatasan informasi dan referensi, Bupati Bima periode Suharmaji, H. Umar Haroen, Halim Jafar dan Adi Haryanto belum dapat diuraikan seperti masa jabatan sesudahnya. Namun sebagai gambaran umum bahwa Bupati Bima pertama putra asli daerah Bima adalah Drs. Zainul Arifin. Sementara Bupati Bima periode sebelumnya masih didrop dari pusat. Pada masa-masa ini peta poltik Indonesia masih didominasi Golkar (Partai Golongan Karya).

Bupati Bima periode 1999 - 2005 (Drs. H. Zainul Arifin)

Pemilihan Bupati pada tahun 1999 termasuk dampak dari adanya perubahan sistem dan iklim demokrasi bangsa Indonesia di tingkat nasional yang diawali demonstrasi era Reformasi.

Drs. Zailnul Arifin - Bupati Bima periode 1999-2004
Drs. Zainul Arifin,
Bupati Bima periode 1999 - 2005
(Foto: Ronamasa.Com/Ahyar, tahun 2009)
Era pemilihan Kepala Daerah periode 1999 - 2005 merupakan kenangan terakhir Gedung DPRD Kab. Bima menyaksikan ajang bargain elit politik daerah tingkat II Bima melakukan lobi politik. Pada masa ini sistem demokrasi sudah mulai berjalan baik walaupun implementasi sistem demokrasi Dari Rakyat Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat belum seutuhnyan dilakukan.

sejak bergulirnya era reformasi sistem demokrasi bangsa Indonesia sudah mulai dirasakan berubah. Salah satu diantaranya adalah ruang gerak Dwi Fungsi ABRI sudah dibatasi untuk mencalonkan atau dicalonkan sebagai Kepala Daerah seperti halnya pada Tingkat Kabupaten.

Pemilihan Bupati Bima pertama pada era reformasi seorang Kepala Daerah masih dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bima. Dan Drs. H. Zainul Arifin berhasil menyakinkan para wakil rakyat daerah Bima bahwa ia mampu membawa perubahan daerah Bima lebih meningkat lagi. Dengan terpilihnya ini Zainul Arifin tercatat sebagai putera asli daerah Bima menjadi Bupati Bima. Putra asal Kampung Salama Kota Bima ini sebelum menjadi Bupati Bima merupakan Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Jakarta, Indonesia.

Salah seorang kontestan calon Bupati Bima dikalahkan Drs. Zainul Arifin adalah Drs. M. Noor Latif. Namun beberapa tahun kemudian Nur Latif akhirnya terpilih menjadi Walikota Madia Bima pertama sejak dimekarkan dari Kabupaten Bima.

Kerja keras selama kepemimpinannya bersama lembaga legislatif membangun Dana Mbojo diembannya dengan serius. Salah produk dari kepemimpinannya adalah Jum’at Khusu yang merupakan ide briliantnya hingga sampai saat ini masih berjalan. Ide yang digagas ini merupakan bukti perhatiannya pada nilai-nilai islam, dan juga sebagai upaya merangsang masyarakat agar tidak melakukan perjalanan pada saat shalat Jum,at. Kebijakan ini diambil untuk menghormati masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah Shalat Jum'at agar tidak terganggu kekhusukannya.

Namun menjelang akhir masa jabatannya lima tahun, Drs. H. Zainul Arifin mendapat cobaan yang sangat besar sampai-sampai mendapat respon negatif dari masyarakat. Pandopo Bima yang berada di seberang Jalan Rumah Sakit Umum Bima yang masih dalam tanggung jawabnya sebagai orang nomor satu di kabupaten Bima terbakar hangus hanya meninggalkan runtuhan dan puing bangunan. Akan tetapi peristiwa ini bukan merupakan kesalahan H. Zainul semata. Sesungguhnya dibalik peristiwa ini ada hikmah yang harus dipetik bahwa manusia tidak jauh dari cobaan Tuhan pencipta alam semesta.

H. Ferry Zulkarnain, ST – Usman AK (periode 2005 – 2010)
Drs, Usman Ak-Wakil Bupati Bima 2004-2010
Drs. Usman Ak, Wakil Bupati Bima
periode 2005-2010
(Foto: Ronamasa.Com/Ahyar)
Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) di Bumi Gora tahun 2000 merupakan kali pertamanya kontestan menadahkan nasibnya di tangan Rakyat. Pasangan yang diusungkan oleh Partai yang paling lama berkuasa dalam sejarah Partai Politik Indonesia yaitu Partai Golongan Karya menghantarkan pasangan H. Ferry Zulkarnain, ST dengan Usman Ak sebagai pemenangnya. Kemenangan pasangan ini merupakan pasangan yang kali pertama pemilihan secara LUBER dalam sejarah pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Bima

Pasangan ini meraih kemenangan tidak dengan mudah, karena pada awal kemunculannya sebagai kandidat calon Bupati Bima banyak pihak yang meragukan kemampuannya untuk memimpin daerah. Berbagai isu muncul ditunjukan kepada pasangan ini yang sengaja dihembuskan untuk mengganjal langkah menduduki orang nomor satu di kabupaten bima selama lama tahun. Namun keraguan masyarakat tersebut dijawabnya dengan kerja keras dengan membangun berbagai sarana dan prasarana masyarakat seperti yang sudah terlihat dan dirasakan oleh masyarakat saat ini.

Pasangan Ferry Zulkarnain - Usman Ak dalam menjalankan amanah sebagai pelayan masyarakat Bima mengusung moto "Toho Mpa Ra Ndai Sura Dou Labo Dana".

Salah satu produk terbaik dari beberapa produk lain hasil kerja keras pasangan Bupati Bima pilihan rakyat Bima pertama secara demokrasi adalah mengubah arah jalan raya lintas Doro Belo-Panda. Jalan yang banyak tanjakan dan turunan tajam ini dibuka pada masa Bupati Bima, Drs. Zainul Arifin. Jalan kini sudah kini sudah menjadi jalur utama masyarakat menuju Kota Bima sebelum alur jalannya dialihkan telah memakan beberapa orang korban jiwa. Salah satu kecelakaan tragis menewaskan beberapa orang yang sedang menumpang Dan Truk Bak terbuka. Dalam kecelakaan terbaliknya truk pada tikungan tajam menuju tanjakan ini merenggut nyawa setidaknya dua orang ditempat kecelakaan.

Putera mahkota H. Abdul Kahir (alm) mantan Raja Bima ini merupakan putera terbaik Kabupaten Bima dan dianggap layak oleh masyarakat Bima untuk memimpin Kabupaten yang paling timur di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Kecintaan masyarakat terbukti, pria kelahiran Jakarta ini unggul dari 6 kandidat lainnya. Tak pelak pasangan incumbent Drs. H. Zainul Arifin yang saat itu berpasangan dengan dr. Ibrahim didepaknya dan hanya mampu menempati urutan ke 2.

Nama-nama pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati pada pemilukada Bima periode 2005 – 2010 yaitu:
  1. H. Nazamudin, SE - Ir. H. Syafruddin, AM
  2. H. Muhtar, SE, MM - dr. Irfan
  3. H. Abdul Khair, SH, M.Si - Drs. Masykur HMS
  4. Ferry Zulkarnain, ST - Drs. H. Usman Ak
  5. Drs. H. Zainul Arifin dengan dr. Ibrahim
  6. H. Thamrin, MM, MBA - Dra. Evi Nafisah

Bupati Bima, Ferry Zulkarnain - Wakil Bupati, Syafruddin

Bupati, Ferry Zulkarnain - Wakil Bupati Bima, Syafruddin
saat HUT RI tahun 2010 di lapangan sepakbola Teke
Kecamatan Palibelo (Foto: Ronamasa.Com/Ahyar)
Orang bijak berkata kawan atau teman adalah orang yang tetap harus diwaspadai karena dalam hidup dan kehidupan ini memang tak ada yang abadi. Karena kawan kadang bisa menjadi lawan dan lawan akan jadi kawan. Tapi lawan jangan dicari. Kalimat ini nyaris hampir sama dengan perjalanan perpolitikan di Bumi Ngaha Aina Ngoho pada era reformasi ini.

Walaupun demikian hal itu tidak patut dijadikan sebagai jembatan untuk saling membakar emosi sehingga menimbulkan rasa benci yang mendalam satu sama lainnya. Yang terpenting dilakukan adalah menjaga hati dan menghargai apa yang telah terjadi karena itu merupakan kehendak dari-NYA untuk menguji seberapa sabarnya kita dalam menjalani kehidupan ini. H. Ferry Zulkarnain, ST dan Drs. H. Usman AK yang pada periode 2005-2010 sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati namun pada pemilu Kada Periode 2010 - 2015 menjadi pasangan yang terpisah karena ada perbedaan pandangan politik.

Hasil Pilkada Bima periode 2010 - 2015 menunjukan bahwa tingkat kepercayaan mayoritas masyarakat terhadap Bapak yang hanya dikarunia seorang putera hasil perkawinannya dengan Indah Damayanti Puteri masih sangat besar sekali. Ini terbukti kali keduanya H. Ferry Zulkarnain, ST yang berpasangan dengan Drs. H. Syafruddin, M.Pd berhasil meraih suara terbanyak dari 3 (tiga) pasangan calon lainnya. H. Ferry Zulkarnain, ST-Drs. H. Syafruddin, M.Pd diusung 10 (sepuluh) Partai yang tergabung dalam koalisi partai "FERSY RAKYAT" pada 7 Juni 2010 memperoleh kepercayaan masyarakat sekitar 60 % dari tiga pasangan calon lainnya.

Nama-nama pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bima periode 2010 - 2015 yaitu:
  1. H. Ferry Zulkarnain, ST dengan Drs. H. Syafruddin, M.Pd (FERSY RAKYAT)
  2. Drs. H. Suhaedin Abdullah, MM dengan Drs. Sukirman Azis, SH (IDAMAN)
  3. Drs. H. Zainul Arifin dengan Drs. H. Usman AK (ZAMAN)
  4. Drs H. Nazib dengan Arie Wiryawan Harun Al Rasyid, SE (NAZAR)
Dari delapan figur calon orang nomor satu dan dua di kabupaten dalam lima tahun sejak tahun 2010 Drs. H. Najib tercatat memiliki kekayaan tertinggi sebesar Rp. 13.224.000.000. Sementara cucu Raja Bima Sultan Muhammad Salahuddin, Ferry Zulkarnain, ST berada diurutan kedua dengan total kekayaan Rp.5.663.776.511. Sementara calon Bupati Bima terendah memiliki kekayaan adalah Drs. Sukirman Azis, SH, Rp. 533.610.210. Data KPUD Bima sebagimana dilansir Media Bima Raya edisi 19 - 25 Mei 2010.

Artikel lainnya

Ronamasa