Malala Yousafzai ditembak dibagian kepala oleh Taliban bersenjata di Pakistan karena mengkampanyekan setiap anak-anak memiliki akses yang sama mendapatkan pendidikan. Pidatonya di markas PBB yang disaksikan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, Ban Ki Moon bertepatan dengan hari ulang tahunnya ke 16.
"Mari kita ambil pena dan buku kita. Ini adalah senjata yang ampuh. Satu anak satu guru, satu pena dan satu buku bisa mengubah dunia. Pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk memperbaiki hidup", kata malala di markas PBB di New York, Jum'at (12/7).
"Hari Malala bukan untuk saya. Hari ini adalah untuk setiap perempuan, setiap anak laki-laki, anak perempuan yang ingin menyuarakan hak mereka," kata Malala
Ia mengenakan kerudung warna merah muda dan syal milik pemimpin Pakistan yang dibunuh Benazir Bhutto.
"Pada 9 Oktober Taliban menembak saya dibagian Kepala. Mereka juga menembak teman saya. Mereka berpikir peluru akan membungkam kami. Mereka gagal," kata Malala dengan suara lantang.
"Teroris mengira merek bisa mengubah tujuan dan menghentikan ambisi saya,"tegas Malala. "Tidak ada yang berubah. Kecuali bahwa kelemahan, kekhawatiran dan perasaan tak berdaya mati, sementara lahir kekuatan dan keberanian," kata Malala.
Pidato Malala diakhiri dengan penyerahan petisi yang telah ditanda tangani hampir empat juta orang, mendesak para pemimpin dunia membuka akses pendidikan kepada 57 juta anak. (BBC,12/7/2013)
"Hari Malala bukan untuk saya. Hari ini adalah untuk setiap perempuan, setiap anak laki-laki, anak perempuan yang ingin menyuarakan hak mereka," kata Malala
Ia mengenakan kerudung warna merah muda dan syal milik pemimpin Pakistan yang dibunuh Benazir Bhutto.
"Pada 9 Oktober Taliban menembak saya dibagian Kepala. Mereka juga menembak teman saya. Mereka berpikir peluru akan membungkam kami. Mereka gagal," kata Malala dengan suara lantang.
"Teroris mengira merek bisa mengubah tujuan dan menghentikan ambisi saya,"tegas Malala. "Tidak ada yang berubah. Kecuali bahwa kelemahan, kekhawatiran dan perasaan tak berdaya mati, sementara lahir kekuatan dan keberanian," kata Malala.
Pidato Malala diakhiri dengan penyerahan petisi yang telah ditanda tangani hampir empat juta orang, mendesak para pemimpin dunia membuka akses pendidikan kepada 57 juta anak. (BBC,12/7/2013)