Daerah Bima pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat sama seperti daerah lainnya memiliki kekayaan seni budaya sejak nenek moyang. Salah satu seni budaya tradisional Bima diantaranya dzikir Hadrah. Kesenian yang dimainkan oleh penari laki-laki diiringi irama rebana terdiri dari tiga orang ini biasanya untuk mengisi acara upacara pernikahan pada malam hari pesta kapanca.
Selain itu dzikir Hadrah kerap dipakai untuk mengiringi kedua pengantin dari tempat tata rias menuju paruga tempat pelaminan.
Desa Tonggorisa Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima hingga saat ini masih melestarikan seni budaya dzikir hadrah sebagai pengisi acara tertentu. Eksistensi seni tradisional Dzikir Hadrah asal desa yang sebelumnya terdiri dari Desa Tonggondoa dan Desa Ragi ini tetap dilestarikan oleh komunitas Tonggorisa Bima di Jakarat. Tim Hadrah asal putra desa Tonggorisa di Jakarta Utara kerap menerima undangan untuk mengisi acara pernikahan-pernikahan keturunan daerah Bima serta kerabat Bima dan dompu di Jakarta.
Selain itu dzikir Hadrah kerap dipakai untuk mengiringi kedua pengantin dari tempat tata rias menuju paruga tempat pelaminan.
Grup Dzikir Hadrah Desa Tonggorisa Kecamatan Palibelo Bima
pada saat pawai takruf MTQ (Musabaqah Tilawati Qur'an) Tingkat Desa Tonggorisa Oktober 2013
(Foto: Ronamasa/Ahyar)
pada saat pawai takruf MTQ (Musabaqah Tilawati Qur'an) Tingkat Desa Tonggorisa Oktober 2013
(Foto: Ronamasa/Ahyar)
Desa Tonggorisa Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima hingga saat ini masih melestarikan seni budaya dzikir hadrah sebagai pengisi acara tertentu. Eksistensi seni tradisional Dzikir Hadrah asal desa yang sebelumnya terdiri dari Desa Tonggondoa dan Desa Ragi ini tetap dilestarikan oleh komunitas Tonggorisa Bima di Jakarat. Tim Hadrah asal putra desa Tonggorisa di Jakarta Utara kerap menerima undangan untuk mengisi acara pernikahan-pernikahan keturunan daerah Bima serta kerabat Bima dan dompu di Jakarta.